watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita Sexs
Profesi and Kenikmatan

Aku tersentak bangun saat kudengar jam
wekerku berdering dengan nyaring.
“Uhh.. Jam berapa ini..!” gumamku pelan sambil
berusaha membuka mataku, aku masih malas
dan ingin kembali tidur, tapi tiba tiba aku teringat
bahwa hari ini aku harus buru-buru berkemas
dan berangkat, kalau tidak, aku akan ketinggalan
pesawat.
Hari ini aku akan pergi ke luar kota, bank swasta
tempatku bekerja menugaskanku untuk
mengikuti beberapa program pendidikan di
kantor cabang salah satu kota di daerah Jawa
Tengah.
Namaku Melinda tapi teman-teman biasa
memanggilku Linda. Aku dilahirkan dari keluarga
yang serba berkecukupan dan aku hanya
mempunyai satu saudara kandung laki-laki,
praktis semua permintaan dan kebutuhanku
selalu dipenuhi oleh kedua orang tuaku. Aku
benar benar sangat di manja oleh mereka.
Ayahku berasal dari negeri Belanda, sedangkan
ibuku berasal dari Menado, aku bersyukur karena
seperti gadis peranakan pada umumnya, aku pun
tumbuh menjadi gadis yang berwajah cukup
cantik.
Saat ini usiaku 24 tahun, wajahku cantik dan
kulitku putih mulus, rambutku lurus dan panjang
sampai di bawah bahu, tubuhku pun termasuk
tinggi dan langsing dipadu dengan ukuran buah
dada yang termasuk besar untuk ukuran gadis
seusiaku, ditambah lagi, aku sangat rajin merawat
tubuhku sendiri supaya penampilanku dapat terus
terjaga.
“Wah.. Aku belum sempat potong rambut nih..”
gumamku sambil terus mematut diri di depan
cermin sambil mengenakan pakaianku. Hari ini
aku memakai setelan rok coklat tua dan kemeja
putih berkerah, lalu aku padukan dengan blazer
coklat muda. Aku merasa tampil makin cantik
dengan pakaian kesayanganku ini, membuat aku
tambah percaya diri.
Singkat cerita, aku telah sampai di kota tempatku
akan bekerja. Aku langsung menuju kantor
cabangku karena aku harus segera melapor dan
menyelesaikan pekerjaan.
Sesampai di depan kantor suasananya terlihat
sangat sepi, di lobby kantor hanya terlihat dua
orang satpam yang sedang bertugas, mereka
mengatakan bahwa seluruh karyawan sedang
ada pelatihan di gedung sebelah. Dan mereka
juga berkata bahwa aku sudah ditunggu oleh Pak
Bobby di ruangannya di lantai dua, Pak Bobby
adalah pimpinan kantor cabang di kota ini.
“Selamat siang..! Kamu Melinda kan..?” sambut
Pak Bobby ramah sambil mempersilakan aku
duduk.
“Iya Pak.. Tapi saya biasa di panggil Linda..”
jawabku sopan.
Pak Bobby kemudian mengajukan beberapa
pertanyaan kepadaku, sambil sesekali
menanyakan keadaan para pegawai di kantor
pusat. Cukup lama juga aku berbicara dengan Pak
Bobby, hampir lima belas menit, padahal
sebenarnya, aku harus ke gedung sebelah untuk
mengikuti diklat, tapi Pak Bobby terus saja
menahanku dengan mengajakku berbicara.
Sebenarnya aku sedikit risih dengan cara Pak
Bobby memandangku, mulutnya memang
mengajukan pertanyaan kepadaku, tapi matanya
terus memandangi tubuhku, tatapannya seperti
hendak menelanjangiku. Dia memperhatikanku
mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala,
sesekali pandangannya tertumpu di sekitar paha
dan buah dadaku. Aku agak menyesal karena hari
ini aku mengenakan rok yang agak pendek,
sehingga pahaku yang putih jadi sulit untuk
kusembunyikan. Dasar mata keranjang, sungutku
dalam hati. Baru tak berapa lama kemudian
pembicaraan kami pun selesai dan Pak Bobby
beranjak ke arah pintu mempersilakanku untuk
mengikuti diklat di gedung sebelah.
“Terima kasih Pak.. Saya permisi dulu..” jawabku
sambil beranjak ke arah pintu.
Perasaanku langsung lega karena dari tadi aku
sudah sangat risih dengan pandangan mata Pak
Bobby yang seperti hendak menelanku bulat
bulat. Pak Bobby membukakan pintu untukku,
aku pun berterima kasih sambil berjalan melewati
pintu tersebut.
Tapi aku kaget bukan kepalang saat tiba tiba
rambutku dijambak dan ditarik oleh Pak Bobby,
sehingga aku kembali tertarik masuk ke ruangan
itu, lalu Pak Bobby mendorongku dengan keras
sehingga aku jatuh terjerembab di atas sofa
tempat tadi aku duduk dan berbicara dengan Pak
Bobby.
“Apa yang Bapak lakukan..?? Mau apa Bapak..?”
jeritku setengah bergetar sambil memegangi
kepalaku yang sakit akibat rambutku dijambak
seperti itu.
Pak Bobby tidak menjawab, dia malah
mendekatiku setelah sebelumnya menutup pintu
ruangannya. Sedetik kemudian dia telah
menyergap, mendekap dan menggumuliku,
nafasnya mendengus menghembus di sekitar
wajahku saat Pak Bobby berusaha menciumi
bibirku
“Jangan.. Jangann..! Lepasskan.. Ssaya..!” jeritku
sambil memalingkan wajahku menghindari
terkaman mulutnya.
“Diam..!!” bentaknya mengancam sambil
mempererat pelukannya pada tubuhku.
Aku terus meronta sambil memukulkan kedua
tanganku ke atas pundaknya, berusaha
melepaskan diri dari dekapannya, tapi Pak Bobby
terus menghimpitku dengan erat, nafasku sampai
tersengal sengal karena terdesak oleh tubuhnya.
Bahkan sekarang Pak Bobby telah mengangkat
tubuhku, dia menggendongku sambil tetap
mendekap pinggangku, lalu dia menjatuhkan
dirinya dan tubuhku di atas sofa dengan posisi
aku ada di bagian bawah, sehingga kini tubuhku
tertindih oleh tubuhnya.
Aku terus menjerit dan meronta, berusaha keluar
dari dekapannya, lalu pada satu kesempatan aku
berhasil menendang perutnya dengan lututku
hingga membuat tubuhnya terjajar ke belakang.
Dia terhenyak sambil memegangi perutnya,
kupergunakan kesempatan itu untuk berlari ke
arah pintu. Aku hampir sampai di pintu keluar
saat tubuhku kembali tertarik ke belakang,
rupanya Pak Bobby berhasil menggapai blazerku
dan menariknya hingga terlepas dari tubuhku,
sesaat kemudian aku sudah berada di dalam
dekapannya kembali.
“Bajingann..! Lepaskan saya..!” jeritku sambil
memakinya.
Tenagaku sudah mulai habis dan suaraku pun
sudah mulai parau, Pak Bobby masih terus
memelukku dari belakang sambil mulutnya
berusaha menciumi leher dan tengkukku,
sementara tangannya menelikung kedua
tanganku, membuat tanganku terhimpit dan tidak
dapat bergerak.
“Jangann..! Biadab.. Lepaskan sayaa..!” aku
kembali menjerit parau.
Air mataku sudah meleleh membasahi pipiku,
saat tangan Pak Bobby membetot keras kemeja
putihku, membuat seluruh kancingnya terlepas
dan berjatuhan di atas lantai. Sekarang tubuh
bagian atasku menjadi setengah terbuka, mata
Pak Bobby semakin melotot melihat buah dadaku
yang masih terlindung di balik bra hitamku,
setelah itu, dia menarik kemeja yang masih
menempel di bahuku, dan terus menariknya
sampai menuruni lenganku, sampai akhirnya Pak
Bobby menggerakkan tangannya, melemparkan
kemeja putihku yang telah terlepas dari tubuhku.
“Lepasskann..!!” jeritku saat satu tangannya mulai
bergerak meremasi sebelah payudaraku.
Tubuhku mengelinjang hebat menahan ngilu di
buah dadaku, tapi dia tidak berhenti, tangannya
malah semakin keras meremas buah dadaku.
Seluruh tubuhku bergetar keras saat Pak Bobby
menyusupkan tangannya ke balik bra hitamku
dan mulai kembali meremas payudaraku dengan
kasar, sambil sesekali menjepit dan
mempermainkan puting buah dadaku dengan
jarinya, sementara mulutnya terus menjilati
leherku dengan buas.
Pak Bobby sudah akan menarik lepas bra yang
kukenakan, saat pada saat yang bersamaan pintu
depan ruangannya terbuka, dan muncul seorang
laki laki dengan wajah yang tampak kaget.
“Ada apa nih Pak Bobby..?” serunya, sambil
memandangi tubuhku.
“Lepaskan saya.. Pak..! Tolong saya..! Pak Bobby
akan memperkosa saya..!” jeritku memohon
pertolongan dari orang itu.
Perasaanku sedikit lega saat laki-laki itu muncul,
aku berharap dia akan menolongku. Tapi
perkiraanku ternyata salah..
“Wah Pak.. Ada barang baru lagi nih. Cantik
juga..!” seru laki-laki itu sambil berjalan mendekati
kami, aku langsung lemas mendengar kata-
katanya, ternyata laki laki ini sama bejatnya
dengan Pak Bobby.
“Ada pesta kecil..! Cepat Han.!! Lu pegangi dia..!
Cewek ini binal banget” jawab Pak Bobby sambil
tetap mendekap tubuhku yang masih terus
berusaha meronta.
Sedetik kemudian laki-laki itu sudah berada di
depanku, tangannya langsung menggapai dan
merengkuh pinggangku merapatkan tubuhnya
dengan tubuhku, aku benar-benar tidak dapat
bergerak, terhimpit oleh laki-laki itu dan Pak
Bobby yang berada di belakangku, lalu tangannya
bergerak ke arah bra-ku, dan dengan sekali
sentak, dia berhasil merenggut bra itu dari
tubuhku.
“Tidak.. Tidak..! Jangan lakukan..!!” jeritku panik.
Tangisku meledak, aku begitu ketakutan dan
putus asa hingga seluruh bulu kudukku
merinding, dan aku semakin gemetar ketakutan
saat laki-laki yang ternyata bernama Burhan itu
melangkah ke belakang, sedikit menjauhiku, dia
diam sambil memandangi buah dadaku yang
telah terbuka, pandangannya seperti hendak
melahap habis payudaraku.
“Sempurna..! Besar dan padat..” gumamnya
sambil terus memandangi kedua buah dadaku
yang menggantung bebas.
Setelah itu dia kembali beranjak mendekatiku,
mendongakkan kepalaku dan melumat bibirku,
sementara tangannya langsung mencengkeram
buah dadaku dan meremasnya dengan kasar.
Suara tangisanku langsung terhenti saat mulutnya
menciumi bibirku, kurasakan lidahnya menjulur
di dalam mulutku, berusaha menggapai lidahku.
Aku tercekat saat tangannya bergerak ke arah
selangkanganku, menyusup ke balik rokku, aku
langsung tersentak kaget saat tangannya
merengkuh vaginaku. Kukumpulkan sisa-sisa
tenagaku lalu dengan sekuat tenaga kudorong
tubuh Pak Burhan.
“Tidak.! Tidak..! Lepaskan saya.. Bajingan kalian..!”
aku menjerit sambil menendang-nendangkan
kakiku berusaha menjauhkan laki-laki itu dari
tubuhku.
“Ouh.. Ssakit..!!” keluhku saat Pak Bobby yang
berada di belakangku kembali mendekapku
dengan lebih erat. Kutengadahkan kepalaku,
kutatap wajah Pak Bobby, aku memohon supaya
dia melepaskanku.
“Tolonngg.. Hentikann Pak..!! Saya.. Mohon..
Lepaskan saya..” ucapku mengharap belas
kasihannya.

Keadaanku saat itu sudah benar-benar
berantakan, tubuh bagian atasku sudah benar-
benar telanjang, membuat kedua payudaraku
terlihat menggantung dan tidak lagi tertutup oleh
apapun. Aku sangat takut, mereka akan lebih
bernafsu lagi melihat keadaan tubuhku yang
sudah setengah telanjang ini, apalagi saat ini
tubuhku sedang ditelikung oleh Pak Bobby dari
belakang hingga posisi itu membuat dadaku jadi
terdorong ke depan dan otomatis buah dadaku
pun ikut membusung.
Beberapa saat kemudian Pak Bobby tiba tiba
mengendorkan dekapannya pada tubuhku dan
akhirnya dia melepaskanku. Aku hampir tidak
percaya bahwa Pak Bobby mau melepaskanku,
padahal saat itu aku sudah sangat putus asa, aku
sadar aku hampir tidak mungkin lolos dari
desakan kedua laki-laki tersebut.
Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu, aku
langsung berlari secepatnya ke arah pintu, tapi
lagi-lagi aku kalah cepat, Pak Burhan sudah
menghadang di depanku dan langsung
menghunjamkan pukulannya ke arah perutku.
“Arghh..!! Sshh.. Ouhh..” aku mengeluh
kesakitan.
Kupegangi perutku, seketika itu juga, aku
langsung jatuh terduduk, nafasku tersengal-
sengal menahan sakit yang tak terkira. Belum
hilang rasa sakitku, mereka berdua langsung
menyerbu ke arahku.
“Pegangi tangannya Han..!!” seru Pak Bobby
sambil mendorong tubuhku sehingga aku jatuh
terjengkang di atas lantai.
Seketika itu juga Pak Burhan sudah berada di atas
kepalaku dan mencengkeram kedua tanganku,
sementara Pak Bobby berada di bawah tubuhku,
mendekap kedua kakiku yang berusaha
menendangnya. Dia sudah seperti kemasukan
setan, melepasi sepatu hak tinggiku, merobek
stockingku dan mencabik cabik rok yang
kukenakan dan akhirnya dia merenggut dengan
paksa celana dalamku, melolosinya dari kedua
kakiku dan melemparkannya ke lantai.
“Lepasskann..! Lepasskan..! Tolongg.. Jangan
perkosa sayaa..!” jeritanku makin keras di sela-
sela keputusasaan.
Aku sudah tidak sanggup lagi menahan mereka
yang sepertinya semakin bernafsu untuk
memperkosaku, air mataku makin deras mengalir
membasahi kedua pipiku, kupejamkan mataku,
bulu kudukku langsung bergidik, aku tidak
sanggup membayangkan kalau hari ini aku akan
diperkosa oleh mereka.
“Jangann.. Ahh.. Tolongg..!” aku menjerit histeris
saat Pak Bobby melepaskan pegangannya pada
kedua kakiku.
Dia berdiri sambil melepaskan pakaiannya sendiri
dengan sangat terburu-buru. Aku sadar, laki-laki
ini sebentar lagi akan menggagahiku. Seketika itu
juga kurapatkan kedua kakiku dan kutarik ke atas
hingga menutupi sebagian dadaku, sementara
kedua tanganku masih tetap di dekap erat oleh
Pak Burhan. Tiba tiba Pak Bobby berjongkok, dia
langsung menarik kedua kakiku,
merenggangkannya dan kemudian
memposisikan tubuhnya di antara kedua pangkal
pahaku.
“Jangann..!!” keluhku lemah dan putus asa, sambil
bertahan untuk tetap merapatkan kedua kakiku,
tapi tenaga Pak Bobby jauh lebih kuat di
bandingkan dengan tenagaku.
Aku terhenyak saat Pak Bobby mulai menindihku,
membuatku jadi sesak dan sulit untuk bernafas,
buah dadaku tertekan oleh dadanya, sementara
perutnya menempel di atas perutku.
“Arghh..!! Jangann..! Sakiitt..!!” rintihku sambil
berusaha menggeser pinggulku ke kiri dan ke
kanan, saat kurasakan kemaluannya bergesekan
dengan bibir kemaluanku.
“Sakiitt..!” aku kembali mengerang saat kepala
penisnya mulai masuk ke dalam liang vaginaku.
Bersamaan dengan itu, tangan Pak Bobby
bergerak, menjambak rambutku dan menariknya
sehingga kepalaku terdongak, kemudian Pak
Bobby dengan kasar melumat bibirku sambil
terus menekankan tubuhnya ke arah
selangkanganku. Kurasakan kesakitan yang luar
biasa di dalam liang vaginaku saat batang
penisnya terus melesak masuk menghunjam ke
dalam lubang kemaluanku.
“Ahh..! Jangann..! Sakiitt..!” aku kembali menjerit
dengan keras saat batang penisnya menembus
dan merobek selaput daraku.
Tubuhku melenting ke atas menahan sakit yang
amat sangat. Kuangkat kakiku dan kutendang-
tendangkan, aku berusaha menutup kedua
kakiku, tapi tetap saja batang penis itu terbenam
di dalam vaginaku. Aku sungguh tersiksa dengan
kesakitan yang mendera vaginaku. Kuhempaskan
wajahku ke kiri dan ke kanan, membuat sebagian
wajahku tertutup oleh rambutku sendiri, mataku
membeliak dan seluruh tubuhku mengejang
hebat. Kukatupkan mulutku, gigiku bergemeretak
menahan sakit dan ngilu, nafasku seperti tercekat
di tenggorokan dan tanpa sadar kucengkeram
keras tangan Pak Burhan yang sedang
memegang kedua tanganku.
Aku masih terus merintih dan menangis, aku
terus berusaha menendang-nendangkan kedua
kakiku saat Pak Bobby menarik batang penisnya
sampai tinggal kepala penisnya saja yang berada
di dalam liang vaginaku, lalu menghunjamkannya
kembali ke dalam liang rahimku. Pak Bobby
sudah benar-benar kesetanan, dia tidak peduli
melihatku yang begitu kesakitan, dia terus
bergerak dengan keras di dalam tubuhku,
memompaku dengan kasar hingga membuat
tubuhku ikut terguncang turun naik mengikuti
gerakan tubuhnya.
“Ahh.. Sshh.. Lepaskann..!” jeritanku melemah
saat kurasakan gerakannya makin cepat dan kasar
di dalam liang kemaluanku, membuat tubuhku
makin terguncang dengan keras, buah dadaku
pun ikut mengeletar.
Kemudian Pak Bobby mendaratkan mulutnya di
buah dadaku, menciumi dan mengulum puting
payudaraku, sesekali dia menggigit puting buah
dadaku dengan giginya, membuat aku kembali
terpekik dan melenguh kesakitan. Kemudian
mulutnya bergerak menjilati belahan dadaku dan
kembali melumat bibirku, aku hanya bisa diam
dan pasrah saat lidahnya masuk dan menari-nari
di dalam mulutku, sepertinya dia sangat puas
karena telah berhasil menggagahi dan merenggut
keperawananku.
Perlahan-lahan dia menghentikan gerakannya
memompa tubuhku, melesakkan kemaluannya di
dalam liang vaginaku dan menahannya di sana
sambil tetap memelukku dengan erat. Setelah itu
dia menurunkan mulutnya ke sekitar leher dan
pundakku, menjilatinya dan kemudian menyedot
leherku dengan keras, membuat aku melenguh
kesakitan. Cukup lama Pak Bobby menahan
penisnya di dalam liang kemaluanku, dan aku
dapat merasakan kemaluannya berdenyut
dengan keras, denyutannya menggetarkan
seluruh dinding liang vaginaku, lalu dia kembali
bergerak memompa diriku, memperkosaku pelan
pelan, lalu cepat dan kasar, begitu berulang ulang.
Sepertinya Pak Bobby sangat menikmati
pemerkosaannya terhadap diriku.
Aku meringis sambil tetap memejamkan kedua
mataku, setiap gerakan dan hunjaman penisnya
terasa sangat menyiksa dan menyakiti seluruh
tubuhku, sampai akhirnya kurasakan mulutnya
makin keras menyedot leherku dan mulai
menggigitnya, aku menjerit kesakitan, tapi
tangannya malah menjambak dan meremas
rambutku. Tubuhnya makin rapat menyatu
dengan tubuhku, dadanya makin keras
menghimpit buah dadaku, membuatku makin
sulit bernafas, lalu dia mengatupkan kedua kakiku
dan menahannya dengan kakinya sambil terus
memompa tubuhku, kemaluannya bergerak
makin cepat di dalam vaginaku, kemudian dia
merengkuh tubuhku dengan kuat sampai benar-
benar menyatu dengan tubuhnya.
Aku sadar Pak Bobby akan berejakulasi di dalam
tubuhku, mendadak aku jadi begitu panik dan
ketakutan, aku tidak mau hamil karena
pemerkosaan ini, pikiranku jadi begitu kalut saat
kurasakan batang kemaluannya makin
berdenyut-denyut tak terkendali di dalam liang
rahimku.
“Jangann..! Jangan.. Di dalam..! Lepasskan..!!”
jeritku histeris saat Pak Bobby menghentakkan
penisnya beberapa kali sebelum akhirnya dia
membenamkanya di dalam liang kemaluanku.
Seluruh tubuhnya menegang dan dia mendengus
keras, bersamaan dengan itu aku meraskan
cairan hangat menyemprot dan membasahi liang
rahimku, Pak Bobby telah orgasme,
menyemburkan sperma demi sperma ke dalam
vaginaku, membuat dinding vaginaku yang lecet
makin terasa perih. Aku meraung keras,
tangisanku kembali meledak, kutahan nafasku dan
kukejangkan seluruh otot-otot perutku, berusaha
mendorong cairan spermanya agar keluar dari
liang vaginaku, sampai akhirnya aku menyerah.
Bersamaan dengan itu tubuh Pak Bobby jatuh
terbaring lemas di atas tubuhku setelah seluruh
cairan spermanya mengisi dan membanjiri liang
rahimku.
Mataku menatap kosong dan hampa,
menerawang langit-langit ruangan tersebut. Air
mataku masih mengalir, pikiranku kacau, aku
tidak tahu lagi apa yang harus kuperbuat setelah
kejadian ini, kesucianku telah terenggut, kedua
bajingan ini telah merenggut kegadisan dan masa
depanku, tapi yang lebih menakutkanku,
bagaimana jika nanti aku hamil..! Aku kembali
terisak meratapi penderitaanku.
Tapi rupanya penderitaanku belum berakhir. Pak
Bobby bergerak bangun, melepaskan
himpitannya dari tubuhku, aku kembali merintih,
menahan perih saat batang kemaluannya tertarik
keluar dari liang kemaluanku. Kuangkat kepalaku,
kulihat ada bercak darah bercampur dengan
cairan putih di sekitar pangkal pahaku. Aku
menangis, pandanganku nanar, kutatap Pak
Bobby yang sedang berjalan menjauhiku dengan
pandangan penuh dendam dan amarah.
Seluruh tubuhku terasa sangat lemah, kucoba
untuk bangun, tapi Pak Burhan sudah berada di
sampingku, dia menggerakan tangannya,
menggulingkan tubuhku dan mulai menggumuli
tubuhku yang menelungkup, aku diam tak
bergerak saat Pak Burhan menciumi seluruh
punggungku, sesaat kemudian dia bergerak ke
arah belakang tubuhku, merengkuh pinggangku
dan menariknya ke belakang. Aku terhenyak,
tubuhku terseret ke belakang, lalu Pak Burhan
mengangkat pinggulku ke atas, membuat
posisiku jadi setengah merangkak, kutopang
tubuhku dengan kedua tangan dan lututku,
kepalaku menunduk lemas, rambut panjangku
tergerai menutupi seluruh wajahku, kepanikan
kembali melandaku saat kurasakan batang
penisnya menempel dan bergesekan dengan bibir
vaginaku.
“Linda..! Kamu memang benar-benar cantik dan
seksi..” gumam Pak Burhan sambil tangannya
meremasi pantatku, sementara batang penisnya
terus menggesek-gesek di bibir vaginaku.
“Ahh.! Sakiitt..! Sudahh.. Sudah..! Hentikann..!!
jeritku menahan sakit saat kemaluannya mulai
melesak masuk ke dalam liang vaginaku.
Kuangkat punggung dan kedua lututku,
menghindari hunjaman batang penisnya, tapi Pak
Burhan terus menahan tubuhku, memaksaku
untuk tetap membungkuk. Seluruh otot di
punggungku menegang, tanganku mengepal
keras, aku benar-benar tak kuasa menahan perih
saat penisnya terus melesak masuk, menggesek
dinding vaginaku yang masih luka dan lecet akibat
pemerkosaan pertama tadi, kugigit bibirku sendiri
saat Pak Burhan mulai bergerak memompa
tubuhku.
“Lepasskan..! Sudah..! Hentikaann..!!” jeritku putus
asa.
Nafasku kembali tersengal sengal, tapi Pak Burhan
terus memompaku dengan kasar sambil
tangannya meremasi pantatku, sesekali
tangannya merengkuh pinggulku, menahan
tubuhku yang berusaha merangkak menjauhi
tubuhnya, seluruh tubuhku kembali terguncang,
terombang ambing oleh gerakannya yang
sedang memompaku.
Tiba tiba kurasakan wajahku terangkat, kubuka
mataku dan kulihat Pak Bobby berjongkok di
depanku, meraih daguku dan mengangkatnya,
Pak Bobby tersenyum menatapku dengan wajah
penuh kemenangan, menatap buah dadaku yang
menggantung dan menggeletar, meremasnya
dengan kasar, lalu Pak Bobby mendekatkan
wajahnya, menyibakkan rambutku yang tergerai,
sesaat kemudian, mulutnya kembali melumat
bibirku, mataku terpejam, air mataku kembali
meleleh saat mulutnya dengan rakus menciumi
bibirku.
“Ahh..!!” aku terpekik pelan saat Pak Burhan
menyentakkan tubuhnya dan menekanku dengan
kuat.
Batang penisnya terasa berdenyut keras di dalam
lubang kemaluanku, lalu kurasakan cairan hangat
kembali menyembur di dalam liang rahimku, aku
menyerah, aku sudah tidak punya kekuatan lagi
untuk melawan, kubiarkan saja Pak Burhan
menyemburkan dan mengisi liang kemaluanku
dengan cairan spermanya.
“Periihh..!!” rintihku pelan.
Pak burhan masih sempat menghunjamkan
kemaluannya beberapa kali lagi ke dalam liang
vaginaku, menghabiskan sisa sisa ejakulasinya di
dalam liang rahimku sebelum akhirnya dia
menariknya keluar melewati bibir vaginaku yang
semakin terasa perih.
Sedetik kemudian satu kepalan tangan mendarat
di wajahku. Aku terlempar ke samping,
pandanganku berkunang kunang, lalu gelap. Aku
jatuh pingsan. Saat siuman aku temukan foto-
foto telanjangku berserakan di samping tubuhku
dengan sebuah pesan..
“Pastikan..! Hanya Kita Bertiga yang Tahu..!!”
Hari itu juga aku kembali pulang ke Jakarta
dengan membawa penderitaan yang amat berat,
sesuatu yang paling berharga telah hilang dari
diriku dirampas oleh kebiadaban mereka.


Adult | GO HOME | Exit
1/927
U-ON

inc Powered by Xtgem.com